Penyimpangan Semu Hukum Mendel - Hallo sahabat https://clesteesinn.blogspot.com/, Pada sharing Informasi kali ini yang berjudul Penyimpangan Semu Hukum Mendel, saya telah menyediakan Informasi Terlengkap Untuk Anda. mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat anda pahami. okelah, ini dia Informasinya.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Baiklah sobat, kali ini kita akan membahas mengenai Penyimpangan Semu Hukum Mendel, langsung saja kita akan masuk ke dalam pembahasannya.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio individu yang berbeda dengan dasar rasio menurut hukum Mendel, meskipun prinsip-prinsip penyilangan masih mengikuti aturan hukum Mendel. Perbedaan hasil rasio tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling mempengaruhi dalam menghasilkan fenotip (sifat yang tampak). Berikut ini macam-macam penyimpangan semu hukum Mendell.
- Interaksi alel
Baca juga : Pengertian dan Bunyi Hukum Mendel
Contohnya pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger), antara lain (1) pea (berbentuk ercis atau biji) dengan genotip rrP, (2) single dengan genotip rrpp, (3) rose (berbentuk mawar atau gerigi) dengan genotip Rpp, dan (4) walnut (berbentuk sumpel) dengan genotip R-P-.
Jika dilakukan persilangan antara ayam berpial rose dengan ayam berpial pea akan dihasilkan fenotip baru yakni ayam berpial walnut (sumpel). Fenotip baru ini dihasilkan karena interaksi dua pasang alel yang dominan. Perhatikan persilangan berikut ini untuk lebih jelasnya.
Apabila dilakukan persilangan antar ayam berpial walnut akan didapatkan fenotip berupa ayam berpial walnut, rose, pea, dan single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Ayam berpial single (tunggal) terjadi karena adanya dua pasang alel yang resesif (kurang tampak). Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini.
- Kriptometri
Peristiwa ini ditemukan oleh Correns dengan menyilangkan bunga Linaria marocanna berwarna merah (Aabb), dengan bunga Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan pertama (F1) yang dihasilkan adalah bunga berwarna ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu merah dan putih). Jika sesama keturunan pertama disilangkan, maka keturunan kedua (F2) yang dihasilkan adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih. Hal ini dapat dipahami dengan memperhatikan tabel berikut ini.
Keturunan F1 yang berwarna ungu diperoleh karena terjadinya perubahan lingkungan. Bunga Linaria maroccana akan berwarna merah di lingkungan asam karena adanya pigmen antosianin dan lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan warna ungu. Namun, jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam lingkungan asam atau basa, maka yang terbentuk adalah warna putih.
- Polimeri
Polimeri adalah persilangan heterozigot lebih dari satu sifat beda yang berdiri sendiri, tapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.
Peristiwa polimeri diperkenalkan oleh Lars Frederik Nelson dan Ehle. Mereka melakukan percobaan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih. Perhatikan tabel persilangan berikut ini.
Berdasarkan tabel persilangan diatas, persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih menghasilkan fenotip baru (F1) yakni keturunan heterozigot berwarna merah lebih muda bila dibandingkan dengan induknya yang homozigot (merah). Oleh karena itu, biji merah bersifat dominan tidak sempurna terhadap warna putih.
Jika fenotip baru (F1) yang dihasilkan disilangkan sesamanya, maka fenotip baru yang dihasilkan (generasi F2) berupa gandum berbiji merah dan gandum berbiji putih dengan perbandingan 3 : 1.
- Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi/mengalahkan ekspresi gen dominan lain yang bukan alelnya. Sebuah atau sepasang gen yang menutupi disebut epistasis sedangkan sepasang gen yang tertutupi disebut hipostasis. Contohnya persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning. Perhatikan persilangan berikut ini.
P : HHkk x hhKK
(hitam) x (kuning)
F1 : HhKh (hitam)
Dari hasil persilangan tersebut, meskipun H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Namun, sifat yang muncul adalah hitam. Dalam artian, hitam berperan sebagai epistasis (menutupi) terhadap kuning. Kuning disini bersifat hipostasis (tertutupi) oleh hitam.
- Komplementer
Komplementer merupakan interaksi antara gen-gen dominan yang berbeda, namun saling melengkapi untuk memunculkan suatu fenotip (sifat yang tampak. Contohnya perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli. Perhatikan tabel berikut ini.
Dari tabel tersebut, didapatkan keturunan pertama (F1) dari perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli adalah normal. Apabila keturunan pertama disilangkan dengan sesamanya, maka generasi atau keturunan F2 yang dihasilkan sesuai dengan tabel diatas. Berdasarkan tabel tersebut, keturunan kedua (F2) yang dihasilkan ialah ada yang normal dan ada yang bisu tuli. Rasio F2 (keturunan kedua) yang dihasilkan normal : bisu tuli adalah 9 : 7.
- Atavisme
Untuk lebih mudah memahami mengenai peristiwa atavisme, kalian coba ingat kembali tentang interaksi gen pada pial ayam. Ketika dilakukan persilangan ayam berpial rose dan pea dihasilkan ayam berpial walnut. Pial pea tersebut dikatakan menghilang dan muncul sifat baru di luar induknya. Kemudian, ketika dilakukan persilangan lagi antarsesama ayam berpial walnut keturan yang dihasilkan ialah ayam dengan empat macam pial yaitu rose, pea, walnut, dan single. Pada peristiwa ini, pial rose dan pea muncul kembali setelah menghilang pada keturunan pertama. Peristiwa munculnya kembali sifat keturunan pertama pada generasi berikutnya setelah sebelumnya sempat menghilang disebut sebagai fenomena atavisme.
Contoh lain atavisme ialah perkawinan antarsesama merpati berekor seperti kipas, akan menghasilkan keturunan pertama berupa merpati berekor lurus. Keturunan merpati berekor seperti kipas muncul kembali setelah perkawinan antarsesama merpati berekor lurus.
Jadi, pada prinsipnya atavisme menjelaskan tentang suatu sifat yang dihasilkan pada keturunan pertama akan kembali muncul pada keturunan selanjutnya meskipun tidak pada keturunan kedua ataupun ketiga.
Demikian pembahasan kali ini tentang Penyimpangan Semu Hukum Mendel, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua J
Demikianlah Artikel Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Sekian Informasinya Penyimpangan Semu Hukum Mendel, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan kali ini.
Belum ada tanggapan untuk "Penyimpangan Semu Hukum Mendel"
Posting Komentar