Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang

Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang - Hallo sahabat https://clesteesinn.blogspot.com/, Pada sharing Informasi kali ini yang berjudul Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang, saya telah menyediakan Informasi Terlengkap Untuk Anda. mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat anda pahami. okelah, ini dia Informasinya.


Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang

Artikel Penunjang : Pengertian,Bagian – Bagian Mata dan Fungsinya
Peran kiasma optik dalam pembentukan lapangan pandang penglihatan

Lapangan pandang merupakan lapangan penglihatan yang terihat tanpa menggerakkan kepala. Secara teori, lapangan pandang seharusnya berbentuk bundar, tetapi sebenarnya terpotong oleh hidung pada bagian tengah dan atap orbita pada bagian atas. Lapangan pandang dipetakan untuk mendiagnosis penyakit neurologik.

Pada saat cahaya masuk, separuh lapangan pandang kanan akan masuk ke kedua mata (retina mata kanan sebelah medial dan retina mata kiri sebelah lateral). Begitu juga dengan separuh lapangan pandang kiri akan masuk ke retina mata kiri sebelah medial dan retina mata kanan sebelah lateral. Kemudian setelah diterima di retina, informasi akan disalurkan ke saraf optikus dan akan mengalami persilangan pada kaisma optikum yang terletak di bawah hipotalamus. Di dalam kiasma optikum, serat-serat saraf bagian medial retina akan menyebrang ke sisi kontralateral, sedangkan bagian lateral tetap pada sisinya. Selanjutnya informasi dibawa ke traktus optikus dan terakhir ke otak.

Lesi yang terjadi pada kiasma optikum seperti tumor hipofisis akan menyebabkan kerusakan pada serat-serat kedua hemiretina nasal (serat saraf bagian medial) sehingga menyebabkan hemianopia heteronim (buta-separuh pada sisi-sisi berlawanan dari kedua lapangan pandang).


Refleks pupil

Pupil merupakan lubang berbentuk bundar pada bagian tengah iris sebagai tempat masuknya cahaya ke anterior mata. Pupil normal mempunyai diameter berkisar antara 2 sampai 6 mm dengan rata-rata diameternya adalah 3,5 mm. Tidak semua individu yang sehat memiliki diameter pupil yang sama. Ukuran pupil dapat dikontrol dan disesuaikan oleh kontraksi  otot-otot iris untuk menerima banyaknya cahaya masuk ke mata. Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midriasis. Dalam keadaan nyeri, takut dan cemas akan terjadi midriasis. Sedangkan dalam keadaan tidur, tekanan intrakranial tinggi, dan koma dapat terjadi miosis. Miosis juga dapat terjadi sebagai tanda paralisis saraf simpatetik bagian torakal atas dan midriasis akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi saraf simpatetik bagian torakal atas.


Iris mengandung dua anyaman otot polos yaitu satu sirkular (seratnya berjalan seperti cincin di dalam iris) dan satu radial (seratnya seperti jari-jari sepeda yaitu mengarah keluar dari tepi pupil). Pupil menjadi lebih kecil saat otot sirkular (konstriktor) berkontraksi karena serat ototnya memendek. Kontriksi ini terjadi pada keadaan yang sinarnya terang sehingga dapat mengurangi jumlah sinar yang masuk ke dalam mata. Apabila otot radial berkontraksi, ukuran pupil menjadi besar. Otot radial bersifat dilator. Dilatasi pupil terjadi saat sinar cahaya sedikit sehingga jumlah cahaya yang masuk ke mata akan lebih banyak. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf otonom. Otot sirkular untuk konstriksi pupil oleh saraf parasimpatis, sedangkan otot radial untuk dilatasi pupil oleh saraf simpatis.

Untuk melihat adanya tidaknya refleks pupil, kita lakukan pemeriksaan fisik. Respon pupil diperiksa terhadap cahaya dan akomodasi. Respon pupil terhadap cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan senter. Pemberian rangsang cahaya tersbut akan membuat kontriksi cepat dari pupil tersebut dan respon stimultan dari pupil yang satunya lagi (masing-masing disebut refleks cahaya langsung dan konsensual).  Pada pemeriksaan akomodasi, pupil akan berkontriksi jika melihat sesuatu yang dekat (fokus benda dipindahkan dari jarak jauh ke dekat).

Lesi pada jaras refleks pupil dapat dikelompokkan menjadi defek aferen dan defek deferen. Defek pupil aferen relatif dapat diperlihatkan dengan menggunakan tes swinging torch/cahaya berayun yaitu dengan menyinari secara berulang mata yang terkena kemudian mata yang sehat. Ketika cahaya mengenai mata yang sehat, maka kedua pupil akan berkontriksi. Namun pada saat cahaya mengenai mata yang terkena, maka kedua pupil berdilatasi. Ini disebabkan oleh lemahnya refleks pupil langsung pada pupil yang terkena sehingga akan diimbangi oleh penghentian stimulus dari mata normal yang akan membuat dilatasi konsensual. Defek pupil eferen, pada saat cahaya mengenai mata yang terkena, tidak terdapat respon apa-apa, baik cahaya langsung maupun yang konsensual.

Ada dua sindrom pupil yang sangat terkenal, yaitu:

Pupil Argyll Robertson. Pupil kecil dan tidak beraturan dengan respon akomodasi baik tetpi refleks cahaya menurun dan sama sekali tidak ada. Biasanya kondisi ini bersifat bilateral.

Pupil miotonik. Dilatasi pupil terganggu, refleks cahaya terganggu, kontriksi sangat lambat saat melihat dekat. Kondisi ini bersifat benigna dan dapat menjadi bilateral, atau mungkin berhubungan dengan tiadanya refleks dari tendon (sindrom Holmes-Adie).


Referensi:

  • Ganong,William F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
  • Ginsberg,Lionel.2008.Neurologi.Jakarta : Erlangga
  • Muttaqin,Arif.2008.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
  • Sherwood,Lauralee.2012. Fisiologi Manusia.Jakarta : EGC

Demikianlah Artikel Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang

Sekian Informasinya Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan kali ini.

Anda sedang membaca artikel Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang dan artikel ini url permalinknya adalah https://clesteesinn.blogspot.com/2014/07/kiasma-optik-dalam-pembentukan-lapang.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kiasma Optik Dalam Pembentukan Lapang Pandang"

Posting Komentar